Forgive But Not Forget dan Halal Bihalal

  • Whatsapp

Oleh : Rachmat Pr
Pemerhati Sosial
dan Politik

Porgive but not forget. Demikian kalimat yang keluar dari mulut Agus Harimurti Yudoyono (AHY), ketika menyikapi kudeta kepemimpinannya di partai demokrat yang diakukan secara ilegal oleh pihak eksternal. Mungkin diantara pembaca pernah mendengar kalimat ini, “saya memaapkan, tapi bukan berarti melupakan”. Bisa memaapkan tapi tidak berarti serta-merta bisa melupakan. Memaapkan dan melupakan adalah dua hal yang memang berbeda.
Apakah sikap memaapkan dari AHY diatas termasuk hanya basa-basi, padahal pemaap yang sesungguhnya masih menyimpan dendam, apalagi keluar dari mulut seorang politisi yang seringkali narasinya bersayap. Untuk soal ini AHY pasti punya alasan.

Dalam perjalanan hidup kita, mungkin kita pernah menyakiti orang lain atau bahkan disakiti. Namun seiring berjalannya waktu kita bisa saling memaapkan kendati sulit rasanya untuk bisa melupakan kejadian tersebut. Luka-luka yang ditinggalkan peristiwa itu senantiasa akan tetap menganga.

Demikian juga dalam kehidupan sosial politik pada dekade kepemimpinan Jokowi, polarisasi politik sangat terasa, politik identitas bermunculan. Saling menghujat dan caci- maki dari kelompok- kelompok elit saling bersahutan. Terjadilah kegaduhan politik yang sangat merugikan bagi kehidupan bangsa ini kedepan.
Pertentangan elit politik semakin tajam, saling menghujat saling menyakiti satu samalain. Etika politik dikesampingkan.

Sejarah politik negeri ini memang sarat dengan balas dendam politik. Perubahan dan pergantian transisi kepemimpinan dari satu rezim ke rezim lain tidak berjalan mulus. Orde lama, orde baru, hingga ke orde reformasi sampai sekarang diwarnai dendam politik. Tidak pernah terjadi rekonsiliasi politik yang tuntas dan langgeng.

Lebaran sebentar lagi, ketika Hari Raya Idul Fitri tiba, tradisi masyarakat kita adalah halal bihalal. Tradisi ini ajang silaturahmi untuk saling maap memaapkan diantara kerabat dan keluarga. Tidak tertutup kemungkinan momentum Hari Raya Idul Fitri yang akan datang akan dimanpaatkan pula oleh elit politik menggelar halal bihalal. Soal kemasannya terserah, apakah silaturahmi politik atau halal bihalal politik ditengah pandemi , tidak penting bagi kita.
Harapan kita, apakah kegiatan silaturahmi politik yang dilakukan oleh para elit tersebut bisa membawa manpaat bagi kepentingan rakyat atau hanya sekedar basa-basi politik.
Sesungguhnya negeri ini butuh pemimpin yang bisa menjadi dirigent orkestrasi fluralisme kepentingan, sehingga tercipta sebuah harmony.***

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *