Pimpinan Pondok Pesantren Cikalama K.H.Rd.Yuyu Yusup : ” Kami Konsisten Di Jalar Salafi”

  • Whatsapp

Sumedang.Mediagempar.com – Teguh mempertahankan prinsip, konsisten memegang amanah perintis sekaligus pendiri pondok pesantren Cikalama, Desa Sindang Pakuwon, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang, sejak didirikan tahun 1630 hingga kini tetap dijalur salafi, tidak tergerus berhadapan dengan modernisasi pendidikan yang ada, terutama pada materi pengajarannya menggunakan kitab- kitab keislaman klasik atau kitab- kitab kuning (kutub atturst) yang sering disebut Kitab kuning.

“Sejak kelahirannya Pondok pesantren Cikalama hingga sekarang pendidikan yang diselenggarakannya bertujuan untuk menghasilkan muslim yang tafaqquh fi al din (memperdalam ilmu agama) ,”ujar pimpinan Pondok Pesantren Cikalama K.H.Rd .Yuyu Yusup ketika mengawali perbincangan di kediamannya, Selasa malam (4/5/2021).

Menurut Den Yuyu, yang akrab disapa Mama Yuyu, tafaqquh mempunyai makna memperdalam ilmu agama, termasuk di dalamnya  ilmu fiqih, ilmu kalam, ilmu tafsir, ilmu tasawuf, dan sebagainya. Suatu kewajiban bagi setiap muslim untuk memperdalam ilmu agama (tafaqquh fi al-din).

Arah dan tujuan pendidikan serta materi pembelajaran di pesantren ini, demikian beber Mama Yuyu ilmu agama berupa pengajian kitab- kitab dalam disiplin ilmu nahwu, sharf, fiqih, usul fiqh, tafsir, hadist, tasawwuf, balaghah, arudh dan mantiq. Materi pembelajaran tersebut kata dia, tetap dipertahankan hingga sekarang.

Jumlah santri seluruhnya kurang lebih 400 orang, dan jumlah tenaga pengajar atau Kiyai 10 orang Adik Mama Yuyu sendiri serta para keponakannya masih keluarga besar pesantren Cikalama.

Memang metode pembelajaran di Pondok pesantren Cikala adalah metode pembelajaran bandongan yaitu kiai  membacakan kitab, menerjemahkan, dan membahas maksud dari kata, kalimat  dalam kitab tersebut. Di samping itu,  digunakan juga metode sorogan atau  disebut juga pembelajaran individual,  yaitu santri menghadap kiai, kemudian ia  membaca, mengartikan kata dan kalimat  dalam suatu kitab. Selain kedua metode  tersebut, digunakan juga metode musya- warah kitab (bahthu al- masâil).

Kunggulan Pondok komparatif pesantren Cikalama sebagaimana pantauan dan pengamata Mediagempar.com, bukan saja adanya penekanan pada penguasaan kitab klasik atau kitab kuning (kutub atturast) yang sering disebut dengan kitab gundul , tapi juga

masih diberlakukannya sistem pengajian sorogan, wetonan, dan bendongan dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) santri. Sehingga secara umum hubungan emosional Kiai dan santri di pesantren salaf ini, jauh lebih dekat dibanding pesantren modern. Karena kiai menjadi figur sentral, sebagai edukator karakter, pembimbing rohani, dan pengajar ilmu agama.

biaya pendidikan di pesantren salaf ini, relatif lebih murah. Tidak ada sistem seleksi. Semua santri yang ingin masuk ke pesantren salaf umumnya langsung di terima. Ini berbeda dengan pesantren modern.

Masih menurut Mama Yuyu, betapa pentingnya pendidikan karakter dan akhlak yang santun.

” Kami lebih menekankan pada perilaku yang sopan dan santun terutama dalam berinteraksi dengan guru, orang tua, masyarakat, dan antara sesama santri,” ujarnya.

Memang di Pondok pesantren Cikalama tidak memiliki Lembaga pendidikan formal seperti SD/MI, MTS/SMP, SMA/MA apalagi perguruan tinggi.

Di pondok Pesantren Cikalama demikian tandas Mama Yuyu, memperbolehkan para santrinya mengikuti sekolah formal di luar pesantren, dan banyak santri disini yang bersekolah mulai tingkat SD sampai SMA dan sederajat, malah banyak yang menuntut ilmu di Perguruan Tinggi, yang bertujuan agar santri pondok pesantren Cikalama mempunyai wawasan ilmu pengetahuan yang luas. Zaman semakin berkembang, alat-alat canggih mulai bermunculan. Meskipun santri mondok di pondok salaf ia harus tetap update tentang berita masa kini. Ia harus punya pandangan bagaimana cara mensiarkan agama Islam sesuai dengan perkembangan zaman di pesantren cikalama juga ada makam kharomah yang banyak di kunjungi para penziarah dari berbagai daerah, khususnya malam hari  pada tanggal 14 Maulid ada istilah ” ngabungbang”.(Kang Baden).

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *