Prof. Dudang, Sosok Pemimpin yang Mengakar ke Bumi, Menembus ke langit

  • Whatsapp

SATU lagi guru besar lahir dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI), UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Dia adalah Prof. Dr. H. Dudang Gojali, M.Ag, menyandang sebuah jabatan fungsional tertinggi karena memiliki kapasitas keahlian dan produktivitas ilmiah yang tinggi di bidang Hukum Ekonomi Syariah.

Banyak orang memandang bahwa Prof. Dudang adalah sosok pemimpin yang memberikan makna tersendiri bagi sivitas akademika FEBI, karena mampu membentuk rupa kampus seperti yang bisa dilihat saat ini. Ketika menjabat sebagai dekan, Prof. Dudang mampu melakukan adaptasi, evaluasi, dan menggali berbagai problematika kampus. Dengan langkah pasti ia berhasil menata pelayanan akademik. Melalui kebijakannya, sedikit demi sedikit problem kampus bisa teratasi, hingga FEBI mendapatkan pengakuan internasional.

Dalam kaitan proses pendidikan, Prof. Dudang dinilai cukup greget, bersemangat, peduli, dan memiliki daya juang serta sanggup bekerja keras membangun kampus, hingga FEBI mampu pentas di fora regional, nasional bahkan internasional. Hal inilah yang dapat mendorong para dosen, karyawan, dan mahasiswa untuk memiliki rasa cinta, citra, serta bangga terhadap almamaternya.

Masyarakat akademik juga memandang gaya kepemimpinan Prof. Dudang sebagai sebuah seni, yang berbengaruh besar dalam lingkungan kerja. Dengan pengaruhnya, ia mampu memuluskan tujuan dan kepentingan serta mendapatkan respect dari bawahan. Kepemimpinannya tidak sekadar mengorganisir, tetapi juga tentang cara berhubungan dengan manusia, yakni  menjadi pemimpin yang mencintai dan dicintai bawahan. Dia tidak hanya seorang leader yang memberi perintah, tetapi juga bisa mengarahkan bahkan bisa mengerjakan.

 

Berjiwa Toleran

Dalam kesehariannya, Prof. Dudang dekat dengan sesama, dekat dengan siapapun. Sikap bersahabat ini didukung oleh penampilannya yang sangat bersahaja, bahkan low profile, sehingga tidak membuat jarak dengan siapapun. Ia juga dikenal sebagai orang yang loyal kepada atasan, totalitas dalam bekerja, juga relijius.

Di mata pejabat lain, Prof. Dudang dikenal sebagai orang yang berjiwa toleran, sehingga bisa diterima di kalangan manapun. Fleksibilitas sikapnya ini dibentuk oleh pemahamannya tentang cara pandang orang lain, tak pernah membeda-bedakan orang lain, walaupun sisi pemikiran maupun sikapnya berbeda haluan.

Dalam memperlakukan bawahan, ia selalu menunjukkan rasa sayang, santun, terkadang dalam saat-saat tertentu ia harus menjadi pendengar yang baik. Ia selalu mendorong bawahan untuk mengekspresikan pendapat dan ide-ide cerdasnya, lalu mengapresiasi dan memberi reward pada setiap hasil karyanya.

Ia tidak pernah mengkritik apalagi meremehkan pekerjaan bawahan, dan nada suaranya yang rendah menjadi ciri khas kesehariannya. Karena menurut pandangannya, menghargai dan menyayangi bawahan tidak akan menghilangkan rasa hormat kita sebagai atasan. Kepada siapapun selalu memberikan motivasi dan semangat untuk maju dan berkarir, karena ia merasa bangga kalau rekan kerja atau bawahan menjadi orang sukses dan berhasil.

 

Mengabdi kepada Masyarakat

Mengakhiri obrolannya dengan Mediagempar.com, guru besar kelahiran Garut tahun 1970 ini menyampaikan gagasan pentingnya tentang ekonomi. Mahasiswa dan dosen, katanya, jangan hanya terlibat dalam kegiatan belajar mengajar atau penelitian, tetapi juga mampu mengabdi di masyarakat untuk memecahkan berbagai permasalahan ekonomi.

Mahasiswa jangan takut untuk terjun menjadi wirausahawan. Sebab, di FEBI tidak lagi membicarakan teori, tetapi juga mampu mempraktikkannya dalam kehidupan nyata. “Mahasiswa FEBI ulah kuuleun (Sunda, red), jangan berdiam diri, tidak punya keinginan, tidak punya semangat, tidak punya bakat dan minat; sementara sumber ekonomi kita sangat melimpah ruah. Jebolan FEBI, kalau tidak kaya, wah itu kebangetan!” kata mantan Wakil Dekan 3 Fakultas Syariah dan Hukum ini.

Menurut Prof Dudang, Indonesia memiliki sumber daya ekonomi yang luas dan melimpah, ditambah iklim sosial politiknya yang kondusif, ini menjadi peluang besar bagi jebolan FEBI untuk menjadi penggerak dan pelaku ekonomi. Hal ini selaras dengan spirit Indonesia maju atau Indonesia emas di tahun 2045.

“Saya yakin, ekonomi Indonesia yang kini didominasi oleh 9 Naga akan bisa dikalahkan, kalau kita yang kecil-kecil ini memiliki spirit yang kuat untuk berwirausaha, lalu bekerja keras dan mandiri,” pungkasnya.[nanangs]

 

 

 

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *